No. Atlet Prestasi Event Tahun
1 Ni Nyoman Suparniti Emas/Gold D Putri ASIAN BEACH GAMES 2008 2008
2 Tuti Risnayanti Emas/Gold B Putri PON 2008 2008
3 Ni Nyoman Suparniti Emas/Gold D Putri SEA GAMES 2007 2007
4 Ni Nyoman Suparniti Emas/Gold D Putri PARIS OPEN 2006 2006
5 Johansyah Lubis Emas/Gold B Putra SEA GAMES 2005 2005
6 Ni Nyoman Suparniti Emas/Gold D Putri SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 2004 2004
7 I Nyoman Yamadhiputra Emas/Gold H Putra ASIA PACIFIC CHAMPIONSHIP 2003 2003
8 Ni Made Arya Damayanti Emas/Gold E Putri SEA GAMES 2003 2003
9 I Nyoman Yamadhiputra Emas/Gold I Putra SEA GAMES 2001 2001
10 Dwi Damayanti Emas/Gold F Putri SEA GAMES 2001 2001
11 I Nyoman Yamadhiputra Emas/Gold I Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 2000 2000
12 Djoko Widodo Emas/Gold B Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 2000 2000
13 Soeryanto Emas/Gold A Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 1999 1999
14 Samiaji Emas/Gold A Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 1997 1997
15 Samiaji Emas/Gold A Putra SEA GAMES 1997 1997
16 Johansyah Lubis Emas/Gold B Putra SEA GAMES 1997 1997
17 Heru Emas/Gold J Putra PON 1996 1996
18 Soeryanto Emas/Gold A Putra PON 1993 1993
19 Herina Emas/Gold A Putri SEA GAMES XV 1991 1991
20 Wardiah Emas/Gold C Putri SEA GAMES XV 1991 1991
21 Tony Widya Perak, F Putra PESTA SUKAN MERDEKA 1990
22 Soeryanto Emas/Gold A Putra PON 89 1989
23 Djoko Widodo Emas/Gold B Putra SEA GAMES XIV 1987 1987
24 Tony Widya Emas/Gold F Putra SEA GAMES XIV 1987 1987
25 Soeryanto Emas/Gold A Putra SEA GAMES XIV 1987 1987
26 Tri Wahyuni Emas/Gold B Putri SEA GAMES XIV 1987 1987
27 Soeryanto Emas/Gold A Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 1986 1986
28 Djoko Widodo Emas/Gold B Putra SILAT WORLD CHAMPIONSHIP 1986 1986
29 Soeryanto Emas/Gold A Putra PON 85 1985
Selasa, Desember 22, 2009
Senin, Desember 21, 2009
PRESTASI PD Pekanbaru
Dibawah ini adalah nama-nama pesilat PD Pekanbaru gemblengan Mas Wibowo (Bowo) sejak Dasar I
hingga meraih prestasi, nama/kelas/Nama Kejuaraan &Tahun/ Tempat
penyelenggaraan/Prestasi :
1.
Arizano Harun/ E Putra/ PON 2009/ di Kaltim/ III
2.
Arizano Harun POMNAS 2003 di Pekanbaru I
3.
Arizano Harun D Putra SIJORI 2004 di Singapore
II
4.
Deni Rio S SIJORI CUP 2004 di Singapore I
5.
Deni Rio Kejurda di Batam I Pesilat terbaik
6.
Aryanto SIJORI 2004 di Singapore I
7.
Eko Brahmananto PORDA RIAU II
8.
Lembang Ferdinant POPWIL II
9.
Ika Solina POPWIL Riau
10.
Nelmayati PORDA RIAU II
11.
Nelmayati Kumango Cup I Pesilat Terbaik
12.
Ahadim Effendi, Kelas B Putra,KEJURDA RIAU II
13.
Ahadim Effendi, Kelas B Putra, Jurus Satria I 1994,Pekanbaru,
I Pesilat Terbaik
14.
Ahadim Effendi,
Kelas B Putra, STM N I Cup 1995,Pekanbaru, II Pesilat Terbaik
15.
Harisman,
Kelas A Putra, STM N I Cup 1995,Pekanbaru, I
16.
Yulia Syafnita POPNAS 1997 Semarang III
17.
Yulia Syafnita/E Putri/ Remaja 1996 /Pekanbaru
Rumbai Caltex,I Terbaik
18.
Indrayani, Kelas C Putra, PDIC 2005, Jogya III
19.
Rinaldi Syafer Sumbagteng, Sumbar I
20.
Nanang DC Sumbagteng, Sumbar I
21.
Harisman Sumbagteng, Sumbar I
22.
Heri Kurniawan Sumbagteng, Sumbar I
23.
Jhoni Antonius Sumbagteng, Sumbar II
24.
Roni Samodra PORDA RIAU II
25.
Jhoni Antonius Jurus Satria II, Pekanbaru I Pesilat
Terbaik
26.
Jhon Saputra Sumbagteng, Sumbar II
27.
Hengki S PORDA RIAU II
28.
Rosi Hardinasti POPDA RIAU, I
29.
Rosi Hardinasti PORDA RIAU, III
30.
Rosi Hardinasti POPDA RIAU, 2000 III E putri
31.
Dwi Gusrima W POPNAS 1999, Surabaya
32.
Pujonggo POPNAS 1999, Surabaya
33.
Syarifudin POPNAS 1999, Surabaya
34.
Dodi Frianto POPNAS 1999, Surabaya
35.
Susanna POPNAS 1999, Surabaya
36.
Ika Solina PORDA RIAU,
37.
Olif TAM PORDA RIAU,
38.
Jimmy Sahputra POPNAS
Siapa yang ingin menyusul
silahkan bergabung dengan PD Pekanbaru
ditunggu...
CIRI-CIRI PESILAT
1. Kepercayaan Tinggi
2. Cara berpikir cepat
3. Intonasi bicara cepat
4. Tindakannya cepat
5. Peduli pada citra diri
6. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas
bukan penganutnya. NARO (No Action Review Only), NADO (No Action Dream Only), NACO
(No Action Concept Only), NABO (No Action Briefing Only), NAMO (No Action Meeting
Olny), NASO (No Action Strategy Only)
7. Menghargai orang lain
8. Lemah lembut sikapnya
9. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.
10.Setia pada pasangannya
2. Cara berpikir cepat
3. Intonasi bicara cepat
4. Tindakannya cepat
5. Peduli pada citra diri
6. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas
bukan penganutnya. NARO (No Action Review Only), NADO (No Action Dream Only), NACO
(No Action Concept Only), NABO (No Action Briefing Only), NAMO (No Action Meeting
Olny), NASO (No Action Strategy Only)
7. Menghargai orang lain
8. Lemah lembut sikapnya
9. Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.
10.Setia pada pasangannya
Sea Game 2009
Silat Hanya Bawa Pulang Dua Emas
Kamis, 17 Desember 2009 20:11 WIB
Vientiane (ANTARA News) - Tim silat Indonesia harus pulang dengan
menelan kekecewaan karena secara total hanya meraih dua emas dari
target semula lima medali pada SEA Games 2009 di Gedung Lao ITTEC
Vientiane, Kamis.
Satu tambahan emas dari empat pesilat Indonesia yang tampil di final
pada pertandingan hari terakhir itu diraih oleh I Komang Wahyu
Purbayasari di kelas 70kg, menyusul satu emas dari nomor ganda putra
yang diraih beberapa hari sebelumnya.
Komang yang merupakan pesilat terakhir Indonesia yang tersisa,
mengalahkan Min Swe dari Myanmar dengan skor telak 5-0.
Usai pertandingan, I Komang mengatakan ia hanya berusaha mengikuti
instruksi pelatih Catur Indro agar tampil lebih tenang dan sabar
menunggu saat untuk menyerang.
"Selain itu lawan saya dari Myanmar ternyata tidak terlalu bagus. Saya
justru harus bekerja keras pada babak-babak sebelumnya," kata pria
kelahiran 22 September 1986 itu.
"Selain saya juga sudah bertekad kepada diri sendiri bahwa saya datang
sendiri bukan untuk kalah, tapi untuk membawa medali emas," kata
Komang yang sekarang tercatat sebagai anggota Polda NTB dengan pangkat
Briptu.
Dukungan langsung yang diberikan Menpora Andi Malarangeng, Ketua
KONI-KOI Rita Subowo dan Ketua Kontingen Alex Noerdin ternyata masih
belum cukup untuk memompa semangat atlet untuk meraih kemenangan.
Dari empat nomor final yang diikuti tim silat Indonesia pada
pertandingan hari terakhir cabang silat tersebut, hanya satu medali
emas yang diraih melalui I Komang Wahyu Purbayasari.
Dari pada tiga nomor final sebelumnya, pesilat Indonesia berguguran
satu persatu, diawali oleh Pujo Hanoko dikelas 60kg putra.
Pujo tidak bisa berbuat banyak dan menyerah dengan skor telak 0-5
kepada Nguyen Ba Trinh dari Vietnam.
Pesilat asal PERISAI DIRI Bali Ni Nyoman Suparniti (kelas 65kg) yang diharapkan
menambah perolehan emas agar tidak semakin terpuruk, juga menyerah
kepada pesilat Vietnam Nguyen Thi Phuong Thuy dengan skor 1-4.
Sementara M.Sodik yang bertanding di kelas 65kg, juga kalah telak 0-5
dan kali ini kepada pesilat Thailand Chaiwat Nimma.
Manajer tim Bambang Rus Effendi secara khusus menyampaikan permintaan
maafnya kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat silat
karena hanya mampu merebut dua emas dan gagal mempertahankan gelar
juara seperti di SEA Games 2007 dengan meraih lima emas.
"Memang inilah yang dapat kita perbuat dan semua atlet sudah tampil
maksimal. Saya menyampaikan permintaan maaf karena tim pencak silat
tidak berhasil mencapai target yang diharapkan," kata Bambang.
Dengan berakhirnya cabang pencak silat yang total mempertandingkan 17
nomor, Vietnam keluar sebagai juara dengan meraih enam emas, empat
perak dan satu perunggu disusul oleh Malaysia dengan empat emas dan
enam perak.
Thailand berada di peringkat ketiga dengan dua emas, empat perak dan
empat, perunggu unggul selisih perak dengan Indonesia yang juga meraih
dua emas, tapi tiga perak dan tiga perunggu.
Bagi Indonesia, ini adalah hasil terburuk di SEA Games setelah di
Hanoi pada 2003 yang hanya merebut tiga emas.
Berikut perolehan medali untuk cabang silat:
Vietnam 6 4 1
Malaysia 4 0 6
Thailand 2 4 4
Indonesia 2 3 3
Singapura 1 2 5
Laos 1 2 4
Brunei 1 0 3
Myanmar 0 1 1
Filipina 0 1 1
Kamis, 17 Desember 2009 20:11 WIB
Vientiane (ANTARA News) - Tim silat Indonesia harus pulang dengan
menelan kekecewaan karena secara total hanya meraih dua emas dari
target semula lima medali pada SEA Games 2009 di Gedung Lao ITTEC
Vientiane, Kamis.
Satu tambahan emas dari empat pesilat Indonesia yang tampil di final
pada pertandingan hari terakhir itu diraih oleh I Komang Wahyu
Purbayasari di kelas 70kg, menyusul satu emas dari nomor ganda putra
yang diraih beberapa hari sebelumnya.
Komang yang merupakan pesilat terakhir Indonesia yang tersisa,
mengalahkan Min Swe dari Myanmar dengan skor telak 5-0.
Usai pertandingan, I Komang mengatakan ia hanya berusaha mengikuti
instruksi pelatih Catur Indro agar tampil lebih tenang dan sabar
menunggu saat untuk menyerang.
"Selain itu lawan saya dari Myanmar ternyata tidak terlalu bagus. Saya
justru harus bekerja keras pada babak-babak sebelumnya," kata pria
kelahiran 22 September 1986 itu.
"Selain saya juga sudah bertekad kepada diri sendiri bahwa saya datang
sendiri bukan untuk kalah, tapi untuk membawa medali emas," kata
Komang yang sekarang tercatat sebagai anggota Polda NTB dengan pangkat
Briptu.
Dukungan langsung yang diberikan Menpora Andi Malarangeng, Ketua
KONI-KOI Rita Subowo dan Ketua Kontingen Alex Noerdin ternyata masih
belum cukup untuk memompa semangat atlet untuk meraih kemenangan.
Dari empat nomor final yang diikuti tim silat Indonesia pada
pertandingan hari terakhir cabang silat tersebut, hanya satu medali
emas yang diraih melalui I Komang Wahyu Purbayasari.
Dari pada tiga nomor final sebelumnya, pesilat Indonesia berguguran
satu persatu, diawali oleh Pujo Hanoko dikelas 60kg putra.
Pujo tidak bisa berbuat banyak dan menyerah dengan skor telak 0-5
kepada Nguyen Ba Trinh dari Vietnam.
Pesilat asal PERISAI DIRI Bali Ni Nyoman Suparniti (kelas 65kg) yang diharapkan
menambah perolehan emas agar tidak semakin terpuruk, juga menyerah
kepada pesilat Vietnam Nguyen Thi Phuong Thuy dengan skor 1-4.
Sementara M.Sodik yang bertanding di kelas 65kg, juga kalah telak 0-5
dan kali ini kepada pesilat Thailand Chaiwat Nimma.
Manajer tim Bambang Rus Effendi secara khusus menyampaikan permintaan
maafnya kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat silat
karena hanya mampu merebut dua emas dan gagal mempertahankan gelar
juara seperti di SEA Games 2007 dengan meraih lima emas.
"Memang inilah yang dapat kita perbuat dan semua atlet sudah tampil
maksimal. Saya menyampaikan permintaan maaf karena tim pencak silat
tidak berhasil mencapai target yang diharapkan," kata Bambang.
Dengan berakhirnya cabang pencak silat yang total mempertandingkan 17
nomor, Vietnam keluar sebagai juara dengan meraih enam emas, empat
perak dan satu perunggu disusul oleh Malaysia dengan empat emas dan
enam perak.
Thailand berada di peringkat ketiga dengan dua emas, empat perak dan
empat, perunggu unggul selisih perak dengan Indonesia yang juga meraih
dua emas, tapi tiga perak dan tiga perunggu.
Bagi Indonesia, ini adalah hasil terburuk di SEA Games setelah di
Hanoi pada 2003 yang hanya merebut tiga emas.
Berikut perolehan medali untuk cabang silat:
Vietnam 6 4 1
Malaysia 4 0 6
Thailand 2 4 4
Indonesia 2 3 3
Singapura 1 2 5
Laos 1 2 4
Brunei 1 0 3
Myanmar 0 1 1
Filipina 0 1 1
Senin, November 23, 2009
Belajar Silat
Hai teman teman mari isi hari kita dengan latihan Silat untukk menjaga diri kita dari segala kemungkinan yang tidak diharapkan. Minimal ada 5 manfaat latihan Silat:
Berikut beberapa manfaat berlatih beladiri Silat Perisasi Diri diantaranya,
Olahraga Prestasi
Dengan menekuni secara serius maka dimungkinkan akan mencapai prestasi puncak, untuk pelajar sudah ada wadah untuk mengukir prestasi yaitu dengan mengikuti kejuaraan silat antar pelajar atau lebih dikenal dengan nama Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) hingga sampai pada Pekan Oahraga Pelajar Nasional (POPNAS). Beberapa anggota PD Pekanbaru yang pernah berprestasi adalah Yulia Syafnita, Nelmayati, Ika Solina, Dwi Gusrima Wijayanti, sedangkan yang pernah mencicipi indahnya prestasi di luar negeri adalah Ariyanto, Deni Rio, Arizano juara di Singapore dan Malaysia. Kesemua pesilat tadi hasil gemblengan Drs. Wibowo
Dengan belajar yang serius maka gerakan yang cepat nan efisien dapat dipakai untuk beladiri.
Beladiri,
Jelas sekalai bahwa Silat PD adalah organisasi sosial Beladiri. Maka wajar kalau dengan bergabung dengan PD maka secara otomatis kita akan dapat mempelajari teknik-teknik (jurus) beladiri Silat. Dengan teknik yang benar maka gerakan akan halus dan efisien untuk itu tentu dapat digunakan sebagai andalan Beladiri. Beladiri sangat penting di era modern ini mengingat banyak kejahatan disekitar kita. Ilmu bela diri PD dianjurkan dipakai kalau sangat terdesak sekali.
Manfaat ketiga adalah kepercayaan diri, silat Perisasi Diri memberikan pelatihan tidak hanya ilmu membela diri saja namun menghargai orang lain adalah sangat perlu. Ketika seseorang melakukan kegiatan apa saja dalam masyarakat (sosial) maka seseorang perlu mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri dapat dipupuk dengan pelatihan di Perisasi Diri dengan metodenya serang hindar. Dengan menguasi serang hindar maka seseorang kan yakin pada dirinya bahwa dapat mengindari suatu serangan yang membahayakan dirinya.
Manfaat ke empat adalah Olahraga kesehatan, dengan berlatih secara metodis maka otot-otot semakain kuat dan mampu bergerak dengan baik dalam waktu yang lama. Jantung, paru-paru, juga akan dalam kondisi normal karena sering dilatih. Dengan berlatih maka pembakaran lemak akan berjalan dengan baik hingga akhirnya badan menjadi sehat (bugar).
Manfaat ke Lima adalah berlatih berorganisasi, karena silat Perisasi Diri adalah organisasi beladiri dan sudah berkembang hingga ke eropa bahkan semua benua di dunia ini. Maka sudah wajar kalau sebuah organisasi besar tentu ada aturan mainnya dan aturan main itu harus dipatuhi oleh semua anggotanya. Dengan adanya aturan itulah secara tak langsung mengajari anggotanya tahu bagimana cara berorganisasi yang baik. Dalam berorganisasi secara langsung mempunyai teman, relasi yang banyak.
Di tulis oleh Wibowo. 24 Nopember 2009
Berikut beberapa manfaat berlatih beladiri Silat Perisasi Diri diantaranya,
Olahraga Prestasi
Dengan menekuni secara serius maka dimungkinkan akan mencapai prestasi puncak, untuk pelajar sudah ada wadah untuk mengukir prestasi yaitu dengan mengikuti kejuaraan silat antar pelajar atau lebih dikenal dengan nama Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) hingga sampai pada Pekan Oahraga Pelajar Nasional (POPNAS). Beberapa anggota PD Pekanbaru yang pernah berprestasi adalah Yulia Syafnita, Nelmayati, Ika Solina, Dwi Gusrima Wijayanti, sedangkan yang pernah mencicipi indahnya prestasi di luar negeri adalah Ariyanto, Deni Rio, Arizano juara di Singapore dan Malaysia. Kesemua pesilat tadi hasil gemblengan Drs. Wibowo
Dengan belajar yang serius maka gerakan yang cepat nan efisien dapat dipakai untuk beladiri.
Beladiri,
Jelas sekalai bahwa Silat PD adalah organisasi sosial Beladiri. Maka wajar kalau dengan bergabung dengan PD maka secara otomatis kita akan dapat mempelajari teknik-teknik (jurus) beladiri Silat. Dengan teknik yang benar maka gerakan akan halus dan efisien untuk itu tentu dapat digunakan sebagai andalan Beladiri. Beladiri sangat penting di era modern ini mengingat banyak kejahatan disekitar kita. Ilmu bela diri PD dianjurkan dipakai kalau sangat terdesak sekali.
Manfaat ketiga adalah kepercayaan diri, silat Perisasi Diri memberikan pelatihan tidak hanya ilmu membela diri saja namun menghargai orang lain adalah sangat perlu. Ketika seseorang melakukan kegiatan apa saja dalam masyarakat (sosial) maka seseorang perlu mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri dapat dipupuk dengan pelatihan di Perisasi Diri dengan metodenya serang hindar. Dengan menguasi serang hindar maka seseorang kan yakin pada dirinya bahwa dapat mengindari suatu serangan yang membahayakan dirinya.
Manfaat ke empat adalah Olahraga kesehatan, dengan berlatih secara metodis maka otot-otot semakain kuat dan mampu bergerak dengan baik dalam waktu yang lama. Jantung, paru-paru, juga akan dalam kondisi normal karena sering dilatih. Dengan berlatih maka pembakaran lemak akan berjalan dengan baik hingga akhirnya badan menjadi sehat (bugar).
Manfaat ke Lima adalah berlatih berorganisasi, karena silat Perisasi Diri adalah organisasi beladiri dan sudah berkembang hingga ke eropa bahkan semua benua di dunia ini. Maka sudah wajar kalau sebuah organisasi besar tentu ada aturan mainnya dan aturan main itu harus dipatuhi oleh semua anggotanya. Dengan adanya aturan itulah secara tak langsung mengajari anggotanya tahu bagimana cara berorganisasi yang baik. Dalam berorganisasi secara langsung mempunyai teman, relasi yang banyak.
Di tulis oleh Wibowo. 24 Nopember 2009
Minggu, Agustus 23, 2009
Tarung Bebas Selempang Pendekar Jember
Tarung Bebas Selempang Pendekar Jember: Kejarlah Daku Kau Ku-papas..!
Sebuah tendangan balik memutar menimbulkan kesiur angin yang kuat. Budi Hartono, si pemilik tendangan berharap serangannya kali ini bisa mendera tubuh Habibullah. Namun harapannya sia-sia. Habibullah yang melihat gerakan putaran badan Budi sudah tahu bahwa lawannya akan melakukan tendangan putar balik. Oleh karena itulah hanya dengan mencondongkan badannya ke belakang, maka tumit lawan itu hanya berkelebat cepat sejengkal di depan dadanya.
Tahu tendangannya gagal, maka Budi mengubah strategi serangan dengan melakukan tendangan sentak lurus ke depan. Justru serangan itu yang ditunggu oleh Habibullah. Begitu kaki kanan Budi melesat, secepat itu pula Habib justru memipihkan tubuhnya dengan cara maju serong depan merapat ke tubuh lawan. Ketika tendangan lawan meleset, justru tangan Habib yang menangkap kaki lawan. Sebuah sentakan halus ke atas dengan meminjam tenaga lontaran kaki lawan menjadikan teknik bantingan Habib sempurna. Budi jatuh di matras.
Jatuh bukan berarti kalah. Bangkit lagi untuk melanjutkan pertarungan. Itulah semangat para petarung di ajang Tarung Bebas Selempang Jember III pada 2 - 6 Agustus 2009 silam. Tarung bebas itu mirip benar dengan Pride ataupun K-1 di Jepang. Bedanya adalah sistem penilaian dan pertarungan menggunakan cara pencak silat. Cecaran serangan beruntun maksimal empat kali. Bila ingin menyerang lagi harus memberi jeda sesaat. Satu pertarungan tiga babak.
Karena mengadopsi pertarungan bebas luar negeri itu, maka hal-hal yang lain nyaris sama. Petarung tidak menggunakan body protector ataupun head protector. Petarung hanya mengenakan sarung tinju kecil, genital protector, dan gum seal (pelindung gigi) di mulut. Sasaran serangan bebas. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Yang tidak boleh diserang adalah kemaluan dan belakang kepala. Teknik yang dilarang hanya kuncian. Lainnya? Bebas sebebas-bebasnya.
Lantaran kata bebas itu begitu kuat menggema, maka petarung yang terjun di arena ini memang mereka yang memiliki nyali singa. Teknik tinggi saja tidak cukup. Sementara nyali singa saja sama saja dengan menjadi pecundang di babak-babak awal.
Budi dan Habibullah adalah finalis di kelas usia 35 tahun ke bawah. Dalam tarung bebas a la Jember itu, petarung hanya dibagi dalam dua kelas berdasarkan umur. Pertama adalah umur 25 - 35 tahun, dan kedua adalah usia 35 tahun ke atas. Berat badan tidak dibatasi. Semua petarung wajib mengenakan pakaian silat hitam. Para petarung dilarang membawa-bawa nama perguruan. Jadi mereka bertanding harus atas nama diri sendiri ataupun klub yang mereka namai sendiri.
Bebas kan? Ya, memang benar-benar bebas. Termasuk peserta juga bebas dari berbagai aliran beladiri mana pun. Yang harus mereka patuhi cuma dua: sportif dan taat para peraturan pertandingan pencak silat.
== Semi profesional ==
Pertarungan Habibullah vs Budi Hartono digelar di tengah Alun-alun Kota Jember. Para petarung berlaga di atas ring tinju. Ditonton ramai-ramai oleh seluruh warga kota pecinta beladiri. Tanpa tiket. Silakan nonton rame-rame. Bersorak sekencang mungkin. Pokoknya rame banget, seru banget, rakyat banget, oke banget. Khas Jember.
Habibullah akhirnya menang telak dalam pertarungan keras selama tiga ronde. Ia menjatuhkan Budi tiga kali. Selain itu cecaran pukulan dan tendangan lebih banyak memperoleh nilai daripada serangan Budi.
Apa kata Habibullah mengenai pertarungan itu?
"Wah, seru banget. Itu baru pertama kali saya ikuti. Sebelumnya sudah ada dua kali tarung bebas di Jember pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi saya tidak ikut, bahkan tidak menonton. Kenapa saya kini ikut terjun, alasannya sederhana. Di Jawa Timur saya tidak memiliki lawan tanding di kancah pencak silat. Berat badan saya yang 85 kg menjadikan saya pesilat yang langka. Oleh karena itu ketika ada kesempatan bertanding tanpa melihat berat badan, saya langsung ikut," tutur Habibullah.
Habib, demikian panggilan akrab mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Dokter Sutomo Surabaya ini, mengaku dirinya menjadi petarung yang paling beruntung di arena tarung bebas Jember itu.
"Wajah saya masih yang paling mulus. Sementara para finalis lainnya wajahnya banyak yang lebam karena terkena pukulan maupun tendangan lawan. Sebenarnya, wajah saya juga beberapa kali terkena pukulan lawan. Tapi berkat teknik serang-hindar yang biasa menjadi menu latihan sehari-hari, maka secara reflek saya pasti mampu menghindari serangan ke arah kepala itu," katanya.
Terjun di arena tarung bebas di Jember bagi Habib semacam ujicoba sebelum ia terjun di arena Pekan Olahraga Mahasiswa di Malang. Di Jember, setiap petarung harus menandatangani surat pernyataan sanggup menerima risiko paling fatal bila terjun di arena itu.
"Ngeri juga yang kedengarannya? Tapi sebenarnya itu wajar-wajar saja. Bila setiap petarung telah siap berlaga, semuanya pasti telah memiliki cara untuk mengantisipasi agar dirinya jangan sampai cedera," ujar Habib.
Mengaku masih menyandang tingkat Strip Hijau di perguruan Perisai Diri, Habib masih merasa banyak kekurangan dalam hal teknik. Meski demikian, ia ternyata telah membuktikan teknik yang ia latih bisa ia gunakan untuk meraih juara di arena bergengsi: Tarung Bebas Selempang Pendekar Jember.
Gejlig sebagai senjata andalan, sering menerpa lawan. Tendangan langsung maupun papasan yang jitu, menjadikan Habib sempat meng-KO lawannya pada pertarungan perdana. Bila menemui lawan yang gesit dan beringas, Habib telah menyiapkan papasan gejlignya.
Di atas ring ia ditemani Mas Bambang, pelatih PD di Probolinggo. Sementara selepas pertarungan, ia beristirahat di tempat kos Muchlis, mahasiswa Universitas Negeri Jember yang juga berlatih PD. Makan pun di warung. Itulah sisi lain semangat juang seorang petarung.
Dalam dua kali pergelaran tarung bebas di Jember, belum ada satu pun pesilat PD yang mencoba unjuk gigi. Baru pada tahun 2009 ini Habib menginjakkan kaki di atas ring. Itu pun ia hanya sendirian. Dan gelar juara pun ia sandang.
Mau tahu berapa hadiah yang ia terima?
Pada babak penyisihan hadiah yang diperebutkan Rp 400.000. Petarung yang menang mendapat Rp 250.000 sementara yang kalah kebagian Rp 150.000. Sementara pada babak final uang hadiah meningkat menjadi Rp 2 juta. Sang juara mengantongi Rp 1.250.000, sementara runner up meraup Rp 750.000.
"Jangan melihat hadiah uangnya. Yang penting prestisnya. Para pesilat yang menonton final di kelas saya memahami bahwa lawan saya bukan seorang pesilat. Dari kuda-kudanya dan teknik ia bertarung, semua bisa terlihat. Oleh karena itu, ketika saya dinyatakan sebagai pemenang; banyak pesilat yang menyalami saya," katanya.
Dampak positif lainnya adalah, anggota PD, terutama di Jawa Timur, akhirnya seperti tergugah. Mereka ingin ikut berlaga pada tahun 2010 nanti. Habibullah telah menjadi pemicu semangat para saudaranya yang lain.
SUMBER : PERISAI DIRI.COM
Sebuah tendangan balik memutar menimbulkan kesiur angin yang kuat. Budi Hartono, si pemilik tendangan berharap serangannya kali ini bisa mendera tubuh Habibullah. Namun harapannya sia-sia. Habibullah yang melihat gerakan putaran badan Budi sudah tahu bahwa lawannya akan melakukan tendangan putar balik. Oleh karena itulah hanya dengan mencondongkan badannya ke belakang, maka tumit lawan itu hanya berkelebat cepat sejengkal di depan dadanya.
Tahu tendangannya gagal, maka Budi mengubah strategi serangan dengan melakukan tendangan sentak lurus ke depan. Justru serangan itu yang ditunggu oleh Habibullah. Begitu kaki kanan Budi melesat, secepat itu pula Habib justru memipihkan tubuhnya dengan cara maju serong depan merapat ke tubuh lawan. Ketika tendangan lawan meleset, justru tangan Habib yang menangkap kaki lawan. Sebuah sentakan halus ke atas dengan meminjam tenaga lontaran kaki lawan menjadikan teknik bantingan Habib sempurna. Budi jatuh di matras.
Jatuh bukan berarti kalah. Bangkit lagi untuk melanjutkan pertarungan. Itulah semangat para petarung di ajang Tarung Bebas Selempang Jember III pada 2 - 6 Agustus 2009 silam. Tarung bebas itu mirip benar dengan Pride ataupun K-1 di Jepang. Bedanya adalah sistem penilaian dan pertarungan menggunakan cara pencak silat. Cecaran serangan beruntun maksimal empat kali. Bila ingin menyerang lagi harus memberi jeda sesaat. Satu pertarungan tiga babak.
Karena mengadopsi pertarungan bebas luar negeri itu, maka hal-hal yang lain nyaris sama. Petarung tidak menggunakan body protector ataupun head protector. Petarung hanya mengenakan sarung tinju kecil, genital protector, dan gum seal (pelindung gigi) di mulut. Sasaran serangan bebas. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Yang tidak boleh diserang adalah kemaluan dan belakang kepala. Teknik yang dilarang hanya kuncian. Lainnya? Bebas sebebas-bebasnya.
Lantaran kata bebas itu begitu kuat menggema, maka petarung yang terjun di arena ini memang mereka yang memiliki nyali singa. Teknik tinggi saja tidak cukup. Sementara nyali singa saja sama saja dengan menjadi pecundang di babak-babak awal.
Budi dan Habibullah adalah finalis di kelas usia 35 tahun ke bawah. Dalam tarung bebas a la Jember itu, petarung hanya dibagi dalam dua kelas berdasarkan umur. Pertama adalah umur 25 - 35 tahun, dan kedua adalah usia 35 tahun ke atas. Berat badan tidak dibatasi. Semua petarung wajib mengenakan pakaian silat hitam. Para petarung dilarang membawa-bawa nama perguruan. Jadi mereka bertanding harus atas nama diri sendiri ataupun klub yang mereka namai sendiri.
Bebas kan? Ya, memang benar-benar bebas. Termasuk peserta juga bebas dari berbagai aliran beladiri mana pun. Yang harus mereka patuhi cuma dua: sportif dan taat para peraturan pertandingan pencak silat.
== Semi profesional ==
Pertarungan Habibullah vs Budi Hartono digelar di tengah Alun-alun Kota Jember. Para petarung berlaga di atas ring tinju. Ditonton ramai-ramai oleh seluruh warga kota pecinta beladiri. Tanpa tiket. Silakan nonton rame-rame. Bersorak sekencang mungkin. Pokoknya rame banget, seru banget, rakyat banget, oke banget. Khas Jember.
Habibullah akhirnya menang telak dalam pertarungan keras selama tiga ronde. Ia menjatuhkan Budi tiga kali. Selain itu cecaran pukulan dan tendangan lebih banyak memperoleh nilai daripada serangan Budi.
Apa kata Habibullah mengenai pertarungan itu?
"Wah, seru banget. Itu baru pertama kali saya ikuti. Sebelumnya sudah ada dua kali tarung bebas di Jember pada tahun 2007 dan 2008. Tetapi saya tidak ikut, bahkan tidak menonton. Kenapa saya kini ikut terjun, alasannya sederhana. Di Jawa Timur saya tidak memiliki lawan tanding di kancah pencak silat. Berat badan saya yang 85 kg menjadikan saya pesilat yang langka. Oleh karena itu ketika ada kesempatan bertanding tanpa melihat berat badan, saya langsung ikut," tutur Habibullah.
Habib, demikian panggilan akrab mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Dokter Sutomo Surabaya ini, mengaku dirinya menjadi petarung yang paling beruntung di arena tarung bebas Jember itu.
"Wajah saya masih yang paling mulus. Sementara para finalis lainnya wajahnya banyak yang lebam karena terkena pukulan maupun tendangan lawan. Sebenarnya, wajah saya juga beberapa kali terkena pukulan lawan. Tapi berkat teknik serang-hindar yang biasa menjadi menu latihan sehari-hari, maka secara reflek saya pasti mampu menghindari serangan ke arah kepala itu," katanya.
Terjun di arena tarung bebas di Jember bagi Habib semacam ujicoba sebelum ia terjun di arena Pekan Olahraga Mahasiswa di Malang. Di Jember, setiap petarung harus menandatangani surat pernyataan sanggup menerima risiko paling fatal bila terjun di arena itu.
"Ngeri juga yang kedengarannya? Tapi sebenarnya itu wajar-wajar saja. Bila setiap petarung telah siap berlaga, semuanya pasti telah memiliki cara untuk mengantisipasi agar dirinya jangan sampai cedera," ujar Habib.
Mengaku masih menyandang tingkat Strip Hijau di perguruan Perisai Diri, Habib masih merasa banyak kekurangan dalam hal teknik. Meski demikian, ia ternyata telah membuktikan teknik yang ia latih bisa ia gunakan untuk meraih juara di arena bergengsi: Tarung Bebas Selempang Pendekar Jember.
Gejlig sebagai senjata andalan, sering menerpa lawan. Tendangan langsung maupun papasan yang jitu, menjadikan Habib sempat meng-KO lawannya pada pertarungan perdana. Bila menemui lawan yang gesit dan beringas, Habib telah menyiapkan papasan gejlignya.
Di atas ring ia ditemani Mas Bambang, pelatih PD di Probolinggo. Sementara selepas pertarungan, ia beristirahat di tempat kos Muchlis, mahasiswa Universitas Negeri Jember yang juga berlatih PD. Makan pun di warung. Itulah sisi lain semangat juang seorang petarung.
Dalam dua kali pergelaran tarung bebas di Jember, belum ada satu pun pesilat PD yang mencoba unjuk gigi. Baru pada tahun 2009 ini Habib menginjakkan kaki di atas ring. Itu pun ia hanya sendirian. Dan gelar juara pun ia sandang.
Mau tahu berapa hadiah yang ia terima?
Pada babak penyisihan hadiah yang diperebutkan Rp 400.000. Petarung yang menang mendapat Rp 250.000 sementara yang kalah kebagian Rp 150.000. Sementara pada babak final uang hadiah meningkat menjadi Rp 2 juta. Sang juara mengantongi Rp 1.250.000, sementara runner up meraup Rp 750.000.
"Jangan melihat hadiah uangnya. Yang penting prestisnya. Para pesilat yang menonton final di kelas saya memahami bahwa lawan saya bukan seorang pesilat. Dari kuda-kudanya dan teknik ia bertarung, semua bisa terlihat. Oleh karena itu, ketika saya dinyatakan sebagai pemenang; banyak pesilat yang menyalami saya," katanya.
Dampak positif lainnya adalah, anggota PD, terutama di Jawa Timur, akhirnya seperti tergugah. Mereka ingin ikut berlaga pada tahun 2010 nanti. Habibullah telah menjadi pemicu semangat para saudaranya yang lain.
SUMBER : PERISAI DIRI.COM
Kamis, April 02, 2009
Pilot dan Angkatan Laut...
Pada Hari Kamis yang lau 2 April 2009 saya (wibowo) dan Mas Miskad Pribadi kontak melalui telpon dan Sdr. Miskad mengatakan punya anggota PD warga Italy yang sekarang bekerja sebagai pilot. Di Medan juga ada anggota silat PD yang bekerja sebagai angkatan laut dari Amrik. Demikian sekilas infor.
Selasa, Februari 24, 2009
Raih 2 Emas di POMDA 2009
Pekanbaru, dalam rangka Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (Pomda) Riau cabang pencak silat, Perisai diri Pekanbaru menggondol 2 emas. Emas pertama dipersembahkan oleh Indrayani (Strip hijau Biru) dan emas kedua dipersembahkan M. Nur (Strip Hijau). Kedua pesilat ini sangat antusias dalam bertanding.
Gedung purna MTQ dijalan Soedirman Pekanbaru Selasa, 24 Februari 2009 sungguh sangat ramai didatangi para mahasiswa karena disini diadakan kegiatan POMDA yang mempertandingkan 10 cabang olahraga. Salah satu cabang yang banyak dihadiri para mahasiswa adalah Silat. Diatas matras yang berukuran 10 X 10 meter inilah mahasiswa seluruh Riau bertanding. Saling pukul dan tendang bahkan bantingan dilakukan dengan semangat tinggi untuk meraih juara. Meskipun salah satu pesilat sampai kakinya patah itu bukan masalah, karena kecelakaan dapat terjadi berbagai cara, dimana saja, kapan saja (maaf penulis tidak dapat informasi siapa pesilat itu dan dari kontingen serta perguruan apa) Sebagai sesama pesilat kita mendoakan semoga cepat sembuh, amin. Dan hebatnya panitia pelaksana masih membolehkan setiap kontingen memakai pakaian perguruan dalam bertanding. Tentunya ini tidak disia-siakan oleh PD Pekanbaru. Setiap tanding anggota PD meskipun mewakili Universitasnya mereka tetap memakai pakaian perguruannya, hal ini juga dilakukan oleh pesilat-pesilat yang lain.
Dalam pertandingan yang dipimpin seorang wasit dan dibantu 3 juri ini dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pertandingan Final Indrayani yang dua kali dapat dijatuhkan lawanya justru semakain bersemangat dalam bertanding. Hingga akhirnya Indrayani memperoleh apa yang dinginkan JUARA I.
Pada final berikutnya M.Nur (PD Pekanbaru) berhadapan dengan Aris pada kelas A putra, pertandingan ini cukup seru mengingat Aris adalah pesilat yang cukup berpengalaman dan dilayani oleh M.Nur dengan semangat mbak serigala lapar. Dentuman tendangan M.Nur yang beberapa kali dapat tepuk tangan penonton hingga ahkhirnya mengantarkannya jadi Juara I.Sedangkan salah satu pesilat putri PD Iin Kusmiati yang turun di kelas D menempati juara II (Perak)
Ketika istirahat diantara pertandingan seluruh anggota PD Riau yang ikut pertandingan POMDA kemudian menyempatkan diri berkumpul yang dipimpin Wibowo (Strip Merah Kuning) diisi dengan masukan diantaranya menjaga kekeluargaan, membangkitkan semangat tanding, taktik, saling dukung, sportifitas, etika, memegang teguh kebenaran, hingga sampai menghargai lawan dalam pertandingan.
Gedung purna MTQ dijalan Soedirman Pekanbaru Selasa, 24 Februari 2009 sungguh sangat ramai didatangi para mahasiswa karena disini diadakan kegiatan POMDA yang mempertandingkan 10 cabang olahraga. Salah satu cabang yang banyak dihadiri para mahasiswa adalah Silat. Diatas matras yang berukuran 10 X 10 meter inilah mahasiswa seluruh Riau bertanding. Saling pukul dan tendang bahkan bantingan dilakukan dengan semangat tinggi untuk meraih juara. Meskipun salah satu pesilat sampai kakinya patah itu bukan masalah, karena kecelakaan dapat terjadi berbagai cara, dimana saja, kapan saja (maaf penulis tidak dapat informasi siapa pesilat itu dan dari kontingen serta perguruan apa) Sebagai sesama pesilat kita mendoakan semoga cepat sembuh, amin. Dan hebatnya panitia pelaksana masih membolehkan setiap kontingen memakai pakaian perguruan dalam bertanding. Tentunya ini tidak disia-siakan oleh PD Pekanbaru. Setiap tanding anggota PD meskipun mewakili Universitasnya mereka tetap memakai pakaian perguruannya, hal ini juga dilakukan oleh pesilat-pesilat yang lain.
Dalam pertandingan yang dipimpin seorang wasit dan dibantu 3 juri ini dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pertandingan Final Indrayani yang dua kali dapat dijatuhkan lawanya justru semakain bersemangat dalam bertanding. Hingga akhirnya Indrayani memperoleh apa yang dinginkan JUARA I.
Pada final berikutnya M.Nur (PD Pekanbaru) berhadapan dengan Aris pada kelas A putra, pertandingan ini cukup seru mengingat Aris adalah pesilat yang cukup berpengalaman dan dilayani oleh M.Nur dengan semangat mbak serigala lapar. Dentuman tendangan M.Nur yang beberapa kali dapat tepuk tangan penonton hingga ahkhirnya mengantarkannya jadi Juara I.Sedangkan salah satu pesilat putri PD Iin Kusmiati yang turun di kelas D menempati juara II (Perak)
Ketika istirahat diantara pertandingan seluruh anggota PD Riau yang ikut pertandingan POMDA kemudian menyempatkan diri berkumpul yang dipimpin Wibowo (Strip Merah Kuning) diisi dengan masukan diantaranya menjaga kekeluargaan, membangkitkan semangat tanding, taktik, saling dukung, sportifitas, etika, memegang teguh kebenaran, hingga sampai menghargai lawan dalam pertandingan.
Langganan:
Postingan (Atom)